Manfaat siaran TV bagi anak usia dini

Maret 01, 2020

Manfaat tv bagi anak
Banyak orang tua yang sangat mengkhawatirkan kebiasaan anak putrinya menonton televisi. Seperti yang sering kita temui dalam banyak keluarga, anak berteman dekat, bahkan seperti yang "nempel" dengan si kotak ajaib tersebut. Tidak jarang kita lihat anak yang punya kebiasaan bangun tidur langsung nonton tv, lalu makan pagi, makan siang maupun makan malam, semuanya dilakukan sambil nonton tv. Bahkan serin pula kita temukan anak yang belajar nya sambil menonton tv. Kalau sudah seperti ini, hirauan dari ayah dan bunda punachen angin lalu, kadang-kadang harus dikuliti "mengalah" pada kemauan anak-anak ... Wah, orang tua pilihan perlu kiat-kiat khusus ya untuk menyikapi "adat" si kecil ... . Kita simak yuk, apa saja sih keuntungan dan kerugian menonton tv untuk si kecil,

Keuntungan dan kerugian:

Tidak dapat disangkal lagi menonton tv memang merupakan kegiatan yang mengasyikkan, tidak hanya untuk anak-anak kita, tapi juga bagi kita orang dewasa. Televisi memang sarat dengan hiburan yang menyenangkan untuk segala usia, dan juga merupakan sarana pendidikan yang cukup efektif. Sebetulnya sudah banyak program pendidikan yang dikemas menarik ditayangkan di televisi, seperti tentang program mengenal huruf, mengenal angka, isi benda-benda dan kegiatan-kegiatan sehari-hari, buat adat istiadat tiap suku, sampai dengan program yang memandu anak buat karya atau lawan main Proses pembuatan film kartun, proses pembuatan coklat, dan lain-lain). Namun, jika kegiatan menonton tv menjadi dominan dalam kehidupan anak, dengan sendirinya akan sertakan kesempatan anak untuk melakukan kegiatan lain, yang mungkin tidak kalah dengan perkembangan anak. Menonton tv merupakan kegiatan yang pasif, tidak ada interaksi aktif antara anak dengan acara yang ditontonnya. Lepas anak tumbuh dan berkembang membutuhkan kegiatan lain yang sifatnya interaktif, seperti bermain, berkomunikasi dengan lingkungannya, berolah raga, mengerjakan tugas-tugas sekolahnya, dan juga butuh pengalaman nyata atas berbagai situasi dan kondisi dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal seperti itu tentu tidak bisa didapat dari hanya boleh menonton tv. Selain itu, respon tiap anak terhadap acara tv sangat tergantung pada usianya dan kematangan kepribadian / mentalnya. Kalau salah-salah tontonan pada putra putri kita,
Sebetulnya apa saja yang mungkin terjadi oleh si kecil saat menonton TV, coba simak berikut ini:
  • Menonton tv adalah media dimana anak menyaksikan sesuatu yang berulang-ulang, contoh pola prilaku tokoh-tokoh dalam sebuah film, pola kehidupan para orang dewasa (contoh artis), pola kejahatan, dan sebagainya sebagainya. Bukan tidak mungkin, akhirnya tanpa kita sadari, anak-anak pola yang disaksikannya begitulah cara berpikirnya, cara berbicaranya, cara mengatasi masalah, cara berinteraksi dengan orang lain. Kalau yang disaksikan mereka adalah sesuatu yang sedang positif, tentu ada kebaikan yang bisa kita petik. Tapi bagaimana jika yang dilihat berulang-ulang adalah tayangan yang sifatnya negatif, atau tidak sesuai dengan usia anak? Tentunya juga berdampak buruk pada perkembangan mereka.
  • Penelitian menunjukkan anak yang baru saja selesai menonton tv, mengalami kesulitan menekuni "tugas belajar" atau permainan edukatif yang butuh waktu agak lama, seperti membaca, atau bermain teka-teki. Dan anak yang memiliki pesawat tv dalam cara pribadinya tidak memiliki pengalaman yang lebih buruk yang tidak melakukan hal yang sama.
  • Anak yang terlalu "nempel" dengan si kotak ajaib, kehilangan kesempatan untuk bermain, belajar, berkomunikasi, berpikir, bersosialisasi dan berolahraga, atau dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya "belajar aktif".
  • Anak usia dibawah 6 tahun masih sulit membedakan antara khayalan dengan yang sedang di tv. Mereka belum mengerti membedakan sebab dan akibat.

  • Anak usia 6-9 tahun juga masih sering dapat menerima suatu tayangan sebagai suatu "rekayasa", apalagi jika yang mengalami hal tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka juga sangat mengagumi-agungkan idolanya.
  • Anak baru gede (alias ABG = remaja) sangat antusias dengan tayangan yang sarat dengan unsur materi, dan mereka sangat tertarik pada tampilan yang sedang dalam tentang pergaulan laki-laki dengan perempuan, tentang hal-hal yang berbau seks dan juga gaya hidup remaja.
  • Anak dibawah 8 tahun "sangat percaya" pada iklan yang dilihatnya, bahkan "termakan" rayuan iklan yang belum tentu baik untuk tumbuh kembangnya.

  • Anak di segala usia akan terganggu dan tidak nyaman menyaksikan tayangan yang bermuatan kesadisan atau kekejaman, baik kejahatan yang menimpa binatang, menimpa anak seusianya, atau kejahatan yang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Tayangan kejahatan dapat lebih mudah dalam menghadapi masalah, atau mereka menjadi cemas / kritik jika terjadi hal-hal tersebut terjadi dalam kehidupan sebenarnya, atau mereka malah menjadi individu yang "kurang sensitif" terhadap adanya tindak kejahatan di sekitarnya.

  • Anak yang masih muda belum siap dan tidak bisa tau apa berita yang terjadi di televisi akan sangat mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau hanya peristiwa yang mungkin terjadi namun langka.
  • Jika suatu berita terus ditayangkan berulang-ulang (misalnya: tsunami, gempa bumi, huru hara, dsb), anak bisa berpikiran kejadian seperti itu berulang-ulang juga berulang.

  • Anak laki, anak yang menonton TV 3 jam atau lebih dalam sehari, dan anak-anak dengan latar belakang mengandung kekerasan dalam keluarga, dan anak dari keluarga yang tidak harmonis, adalah kelompok anak yang paling rentan atas tayangan bermuatan kejahatan.

Kalau begitu, apa yang bisa kita lakukan sebagai orang tua agar mereka mendapatkan keuntungan maksimal dari kegiatan menonton tv, dan sebaliknya, meminimalisasi segala hal yang mungkin didapat putra putri kita?
  • Ajarkan anak untuk ikut mengelompokkan tayangan-tayangan yang mereka sukai menjadi kelompok "Perlu ditonton" (P), "Boleh ditonton" (B), dan "Tidak bermanfaat ditonton" (TB)

  • Ajak putra putri anda untuk ikut menuai apa yang akan ditonton, dan buat kesepakatan berapa jam sehari mereka boleh menonton. Arahkan mereka untuk memprioritaskan tayangan kategori "P", baru kategori "B", dan sedapat mungkin beres tayangan kategori "TB".
  • Dampingi selalu anak-anak saat menonton TV, pancing mereka agar terjadi dialog interaktif dengan orang tua dengan topik isi tayangan tersebut. Tanyakan apa yang mereka pikirkan tentang tayangan tersebut, dan sampaikan pendapat orang tua terhadap acara tersebut, dst.

  • Tanyakan perasaan anak setelah menonton tayangan tersebut, dan jika mereka menjadi agak stres setelah menonton tayangan tertentu, biarkan anak menceritakan apa yang dirasakannya, dan mengapa dia merasa seperti itu. Anak mungkin pernah mengalami hal yang sama sebelumnya, entah di lingkungan rumah, atau di lingkungan sekolahnya, yang sudah dibuat dia stres karena takut akan berulang lagi. Bicaralah pada mereka dengan lembut dan tenangkan.

  • Buat peraturan dimana TV tidak akan dinyalakan sebelum seluruh kewajiban selesai dilaksanakan (belajar, makan, les, dsb), atau jika memang sudah nonton TV yang sudah di tentukan

  • Tempatkan TV di ruang keluarga, jadilah orang tua dapat mengontrol kapan anak menonton tv.
  • Hindari menonton tv saat sebelum berangkat sekolah, karena bisa saling mempengaruhi "mood" anak selanjutnya di hari itu dan mungkin anak jadi buru-buru sarapan pagi dan tidak siap ke sekolah tepat waktu.
  • Hindari nonton tv berlebihan. Anak dibawah 2 tahun hanya sebentar saja menonton tv, anak usia pra sekolah kurang dari 1 jam per hari waktu untuk menonton tv, sedangkan anak 5-8 tahun tidak lebih dari 1 jam per hari. Anak yang lebih besar, mungkin bisa menginap minimal 1,5 jam per hari untuk menonton tv.
Ingatlah, apakah anak masih dalam taraf "meniru". Jadi kebiasaannya menonton tv pun akan meniru kebiasaan orang tuanya. Jika anda tidak bisa mengendalikan diri di depan putra putri anda, tentu sulit bagi mereka untuk membaptis diri.
Jadi ..., boleh aja si kecil nonton tv, tapi ...... .DAMPINGI YUK !! Salam info untuk kita semua :) dan semoga bermanfaat untuk kita semua.
Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Comments


EmoticonEmoticon